Jumat, 07 November 2014

About My Home


Aku Cinta Sulawesi Utara


Kebudayaan di Sulawesi Utara. Selain kaya akan sumber daya alam sulawesi utara juga kaya akan seni dan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang. Berbagai seni dan budaya dari berbagai suku yang ada di provinsi sulawesi utara justru menjadikan daerah nyiur melambai semakin indah dan mempesona. Berbagai pentas seni dan budaya maupun tradisi dari nenek moyang memberikan warna tersendiri bagi provinsi yang terkenal akan kecantikan dan ketampanan nyong dan nona Manado.


Secara garis besar penduduk di Sulawesi Utara terdiri atas 3 suku besar yakni suku minahasa, suku sangihe dan talaud dan suku bolaang mongondow. Ketiga suku/etnis besar tersebut memiliki sub etnis yang memiliki bahasa dan tradisi yang berbeda-beda. Tak heran Provinsi Sulawesi Utara terdapat beberapa bahasa daerah seperti Toulour, Tombulu, Tonsea, Tontemboan, Tonsawang, Ponosakan dan Bantik (dari Suku Minahasa), Sangie Besar, Siau, Talaud (dari Sangihe dan Talaud) dan Mongondow, Bolaang, Bintauna, Kaidipang (dari Bolaang Mongondow)

Propinsi yang terkenal akan semboyan torang samua basudara (kita semua bersaudara) hidup secara rukun dan berdampingan beberapa golongan agama seperti Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Namun dari keaneka ragaman tersebut bahasa Indonesia masih menjadi bahasa pemersatu dari berbagai suku dan golongan.

Berikut ini beberapa Kebudayaan di Sulawesi Utara :


Budaya mapalus. Mapalus merupakan sebuah tradisi budaya suku Minahasa dimana dalam mengerjakan segala sesuatu dilakukan secara bersama-sama atau gotong royong. Budaya mapalus mengandung arti yang sangat mendasar. Mapalus juga dikenal sebagai local Spirit and local wisdom masyarakat di Minahasa.



Perayaan tulude. Perayaan tulude atau kunci taong (kunci tahun) dilaksanakan pada setiap akhir bulan januari dan diisi dengan upacara adat yang bersifat keagamaan dimana ungkapan puji dan syukur terhadap sang pencipta oleh karena berkat dan rahmat yang telah diterima pada tahun yang telah berlalu sambil memohon berkat serta pengampunan dosa sebagai bekal hidup pada tahun yang baru

Festival figura. Figura merupakan seni dan budaya yang diadopsi dari kesenian yunani klasik. Seni ini lebih dekat dengan seni pantomim atau seni menirukan laku atau watak dari seseorang tokoh yang dikenal atau diciptakan. Figura merupakan kesenian yang dapat menghadirkan dramaturgi pendek terhadap sosok atau perilaku tokoh-tokoh yang dianggap berperan dalam mengisi tradisi baik buruknya sosok dan watak seorang manusia. Oleh pemerintah kota Manado festival figura diselenggarakan dalam rangka pesta kunci taong layaknya perayaan tulude yang dilaksanakan oleh masyarakat sangihe

Toa Pe Kong atau Cap go meh. Seperti didaerah lainnya, perayaan/upacara ini juga rutin dilaksanakan di Sulawesi Utara apa terlebih di Kota Manado. Upacara ini dimeriahkan dengan atraksi dari Ince Pia yakni seorang yang memotong-motong badan dan mengiris lidah dengan pedang yang tajam serta menusuk pipi dengan jarum besar yang tajam akan tetapi si Ince Pia tidak terluka ketika


Pengucapan syukur. Pengucapan syukur merupakan tradisi masyarakat Minahasa yang mengucap syukur atas segala berkat yang telah Tuhan berikan. Biasanya pengucapan syukur dilaksanakan setelah panen dan dikaitkan dengan acara keagamaan untuk mensyukuri berkat Tuhan yang dirasakan terlebih panen yang dinikmati. Acara pengucapan syukur ini dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat suku Minahasa pada hari Minggu umumnya antara bulan Juni hingga Agustus. Saat pengucapan syukur hampir setiap keluarga menyediakan makanan untuk para tamu yang akan datang berkunjung apa terlebih makanan khas seperti nasi jaha dan dodol.


                       Musik Bambu - Oh Minahasa tempat lahirku

Musik BAMBU  Minahasa di mulai dari musik suling penthatonis lima lobang yang menjadi salahsatu alat musikdari ‘Musik Maoling ‘terdiri dari Kolintang gong ,tambur dan gong besar .Suling bambu kemukinan datang dari Ternate bersama Kolintang  gong (momongan) melalui perdagangan beras Minahasa sejak Jaman Portugis di Minahasa sampai jaman V.O.C. Belanda 1560 –1870 . Suling bambu lima nada terlihat pada gambar skestsa buku Ethnographische Miszelen Celebes . A.B. Meyer   ,O.Richter ,Dresden ,1902 .

Tahun 1844 Zending Belanda berusaha menghapus alat musik gong di Minahasa dan menggantikannya dengan musik suling. Ketika Gubernemen Belanda  minta guru –guru Zending mengajar di sekolah Gubernemen, maka para guru  Zending mengajarkan lagu gerejani dengan solmisasi musik suling oktaf .

Musik suling anak – anak sekolah dengan tiga suara di lihat oleh N. Graafland di Kawangkoan korps musik HINDIA BELANDA mengiringi pemberangkatan serdadu  Minahasa ke perang Jawa,tahun 1829 yang memakai alat musik tiup dan tambur di pelabuan manado (Wenang ). korps  musik kerajaan Belanda ini juga yang mengiringi  tarian katreli oleh para milisi orang Manado- Minahasa di Manado tahun 1885 (J. Hickson – 1889 :345) .Tahun 1930-an korps musik ‘ Marching Band ‘ kerajaan Belanda di Manado bernama ‘IRENE BRIGADE BLAAS INSTRUMENT ‘. Musik bambu berbentuk orkes kemungkinan munjul pertama kali sekitar tahun 1880an terdiri dari sederetan peniup suling , tambur besar kecil ,Korno (Hoorn) , Piston dari bambu ,Bombardon (bas) dari bambu , pontuang dan gong , hingga di sebut ‘Musik bambu‘ Foto musik bambu .Tondano tahun 1917 terlihat selain sederetan peniup suling ,ada TAMBUR dan GENDERANG buatan Eroupah serta KLARINET dan TROMPET buatan Eropah juga ada gong dan pontuang . Musik ‘ Suling Bambu’ sudah berubah menjadi musik  ;orkes ‘ yang alat musik nya bukan hanya suling ,dan sudah menggunakan alat musik buatan eropa .

Untuk membuat tiruan alat musik eropah ,Tuba (piston) dan bas dari bahan logam seng aluminiumdi perlukan keahlian ‘Tukang Blek ‘ yang umumnya orang Cina. Seorang “Tukang Blek “ dari Amurang Minahasa Selatan bernama KEK – BENG tahun 1932 berhasil membuat tiruan alat musik Eropah TUBA dan BOMBARDON (bas) dari bahan Seng aluminium yang di gunting – gunting kemudian di alas pakai timah . Dengan demikian ORKES SULING BAMBU dengan TUBA (Piston) dan BAS dari bahan Bambu ditahun 1932 berubah menjadi MUSIK BAMBU SENG .
Sampai tahun 1957 sebelum pergolakan permesta , seluruh musik bambu di Minahasa sudah berbentuk musik bamboo Seng seperti orkes musik bambu ‘ Garuda ‘(Buyungon) , ‘ Banteng “ (Rumoong bawah) ,’ Nasional (Kawangkoan bawah ) , ‘ Uluna (Tondano) ,Orion (Kakaskasen –Tomohon) dan yang lainnya . Kemudian Arie Kristen juga di Amurang mencoba membuat musik tiup memakai alat getar meniru alat musik Klarinet buatan Eropah yang mulai umum di gunakan oleh kelompok musik bambu mulai tahun 1960 –an . Dengan demikian lahir lagi periode baru dalam orkes Musik bambu Minahasa menjadi ‘ MUSIK BAMBU ‘ ,SENG ,KLARINET ‘dimana hanya suling dan korno yang terbuat dari bambu .Karena alat musik dari seng aluminium cepat berlombang terkena air liur manusia yang mengandung garam , lalu di cari lembaran kuningan mulai tahun 1970 - an , karena mudah di bentuk alat tiup bas dan Tuba mengalami perubahan menjadi ‘Tuba Celo ‘ dan “ Tuba benyo ‘ , ditambah lagi dengan alat musik tiup yang di beri nama Saxophone ,Oterton dan Trombon , mengikuti nama –nama alat musik tiup orkestra eropah .

Karena bahan kuningan cepat menjadi buram terkena keringat manusia , maka di cari bahan logam lain  supaya alat musik tiup nampak selalu bercahaya tanpa selaulu harus di gosokdan di bersihkan  . Pilihan lembaran logam itu adalah besi putih ‘ steinles steel’ warna perak berkilau , lebih kuat dari kuningan tapi agaksulit di bentuk. Cara memainkan alat musik bambu sama dengan memainkan alat musik ‘ Marching Band ‘korps musik angkatan bersenjata dan kepolisian .Oleh karna itu  pada parade angkatan bersenjata Republik Indonesia yang umumnya terdiri dari para Laskar  rakyat tahun 1945 di lapangan IKADA Jakarta ,ketika angkatan bersenjata  R.I.belum punya korps musik ,di gunakan Orkes Musik bambu pemadam kebakaran cideng Jakarta yang terdiri dari para putra Kawanua Secara tradisi diMinahasa, semua kelompok orkes Musik bamboo memiliki ‘ Vandel’yang bertuliskan indentitas nama kelompok musik bambu dan asal desa atau kampung wilayah kecapatan .

Musik bambu juga sudah menjadi musik bergengsi yang dapat  menaikan statussosialpihak yang mengundang , seperti penjemputan Tamu agung, acara perkawinan , dan acara –acara yang di selenggarakan oleh pihak pemerintah daerah. Satu kelompok musik bambu beranggotakan sekitar 30 (tiga pulu) orang, memainkan alatmusik tiup (Aero[hone) dan alat musik getar (mambranophone) seperti Tambur, Drum ,Simbal, agar dapat menghasilkan suara gegap –gempita memeriahkan suasana atau mengiring dansa acara pesta. 


sumber : www.youtube.com
           maengket.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar